Mengapa manusia
dikatakan sebagai makhluk ibadat??
Karena
segala perbuatan yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap
ridho Allah. Meskipun tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah. Karena manusia
memang pada dasarnya diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki
akal dan hawa nafsu yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda
dengan malaikat yang memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah
Allah.
Manusia
juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah khalifah di bumi.
Namun manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan kerusakan di bumi. Semua
bergantung pada manusia itu sendiri.
Mengapa
manusia bisa menyebabkan kerusakan di bumi padahal sudah jelas diterangkan
bahwa manusia adalah khalifah di bumi?
Itu
karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga makhluk-makhluk
lain seperti hewan, dan sejenis jin dan sebagainya. Jin yang senantiasa
menyesatkan manusia. Jin yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa akan terus
menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang membisikkan
kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa.
Sekarang,
hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan
diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan
dosa. Bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala
perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
Namun
kita tahu, bangsa jin tidak akan pernah menyerah untuk menggoda kita. Maka dari
itu, kita senantiasa mampu mempertebal iman kita, serta menguatkan niat kita.
Karena dari niat inilah semua perbuatan berawal. Semua yang kita lakukan pasti
ada niat tersendiri, baik ataupun buruknya niat bergantung pada kemampuan kita
menahan segala godaan bangsa jin tadi.
Bagaimanakah perhitungan
pahala ataupun dosa untuk niat baik ataupun buruk?
Niat
yang baik, meskipun hanya niat ia sudah mendapat pahala. Apalagi jika niat dari
perbuatan baik tersebut benar dikerjakan, maka pahala yg akan didapat berlipat
ganda.
Sedangkan
niat yang buruk, saat berniat ia mendapat dosa. Namun ketika niat buruk
tersebut tidak jadi ia kerjakan, maka dosa dari niatnya tadi akan terhapus.
Tetapi jika benar ia kerjakan, maka dosanya pun akan berlipat ganda sesuai
dengan perbuatan yang ia lakukan.
Allah
tidak memandang perbuatan baik seseorang dari harganya atau kuantitasnya,
tetapi dari kualitas keikhlasan yang terkandung dalam niatnya tersebut.
Misalnya seperti dua orang yang menyumbangkan sesuatu ke sebuah masjid. Orang
pertama menyumbangkan sebuah kipas angin yang mahal, dan orang kedua
menyumbangkan sebuah sapu lidi yang harganya standar pasar. Tetapi allah tidak
akan melihat nilai atau harga dari kedua barang tersebut, karena jika seperti
itu maka orang yang kurang atau bahkan tidak mampu dalam hal ekonomi tidak akan
bisa banyak mengumpulkan pahala karena kesulitannya. Maka disinilah bentuk
keadilan Allah pada makhluk-makhluk-Nya. Allah hanya akan melihat dari sisi
kualitas keikhlasan yang menyertai barang-barang tersebut sesuai dengan
kehendak Allah. Bisa jadi sapu lidi menjadi barang yang mahal dihadapan Allah
dibanding dengan kipas angin yang lebih mahal harganya, begitupun sebaliknya.
Karena Allah maha tahu segalanya, Allah maha mengetahui hati manusia. Sehingga
tidak akan ada makhluk yang mampu berbohong kepada-Nya.
Semoga artikel ini bisa
bermanfaat :) terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar