Sabtu, 12 Desember 2015

Manusia Sebagai Makhluk Ibadat

Mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk ibadat??
            Karena segala perbuatan yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah. Meskipun tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah. Karena manusia memang pada dasarnya diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki akal dan hawa nafsu yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah Allah.
            Manusia juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Namun manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan kerusakan di bumi. Semua bergantung pada manusia itu sendiri.
            Mengapa manusia bisa menyebabkan kerusakan di bumi padahal sudah jelas diterangkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi?
            Itu karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga makhluk-makhluk lain seperti hewan, dan sejenis jin dan sebagainya. Jin yang senantiasa menyesatkan manusia. Jin yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa akan terus menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang membisikkan kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa.
            Sekarang, hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan dosa. Bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
            Namun kita tahu, bangsa jin tidak akan pernah menyerah untuk menggoda kita. Maka dari itu, kita senantiasa mampu mempertebal iman kita, serta menguatkan niat kita. Karena dari niat inilah semua perbuatan berawal. Semua yang kita lakukan pasti ada niat tersendiri, baik ataupun buruknya niat bergantung pada kemampuan kita menahan segala godaan bangsa jin tadi.
Bagaimanakah perhitungan pahala ataupun dosa untuk niat baik ataupun buruk?
            Niat yang baik, meskipun hanya niat ia sudah mendapat pahala. Apalagi jika niat dari perbuatan baik tersebut benar dikerjakan, maka pahala yg akan didapat berlipat ganda.
            Sedangkan niat yang buruk, saat berniat ia mendapat dosa. Namun ketika niat buruk tersebut tidak jadi ia kerjakan, maka dosa dari niatnya tadi akan terhapus. Tetapi jika benar ia kerjakan, maka dosanya pun akan berlipat ganda sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.
            Allah tidak memandang perbuatan baik seseorang dari harganya atau kuantitasnya, tetapi dari kualitas keikhlasan yang terkandung dalam niatnya tersebut. Misalnya seperti dua orang yang menyumbangkan sesuatu ke sebuah masjid. Orang pertama menyumbangkan sebuah kipas angin yang mahal, dan orang kedua menyumbangkan sebuah sapu lidi yang harganya standar pasar. Tetapi allah tidak akan melihat nilai atau harga dari kedua barang tersebut, karena jika seperti itu maka orang yang kurang atau bahkan tidak mampu dalam hal ekonomi tidak akan bisa banyak mengumpulkan pahala karena kesulitannya. Maka disinilah bentuk keadilan Allah pada makhluk-makhluk-Nya. Allah hanya akan melihat dari sisi kualitas keikhlasan yang menyertai barang-barang tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Bisa jadi sapu lidi menjadi barang yang mahal dihadapan Allah dibanding dengan kipas angin yang lebih mahal harganya, begitupun sebaliknya. Karena Allah maha tahu segalanya, Allah maha mengetahui hati manusia. Sehingga tidak akan ada makhluk yang mampu berbohong kepada-Nya.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat :) terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar