Sabtu, 12 Desember 2015

Manusia Sebagai Makhluk Peneliti

Manusia sebagai makhluk peneliti merupakan suatu hal yang manusiawi, karena pada dasarnya manusia memiliki keingintahuan yang sangat kuat sehingga menjadikannya sebagai makhluk yang selalu ingin mencari tahu. Dalam surah Al-Alaq ayat 5 dan 6 ditegaskan kepada manusia untuk membaca, memeriksa, meneliti, menjelaskan, serta menguraikan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Dan semua kegiatan yang kita lakukan atau kerjakan haruslah diawali dengan membaca Basmallah. Karena dengan menyebut nama Allah, semua hal positif yang kita kerjakan akan bernilai dihadapan Allah. Dan apabila semua tidak diawali dengan menyebut nama Allah, maka sia-sia lah pekerjaan itu. Karena hanya akan bernilai sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak beriman. Kemudian dalam ayat itu pula Allah menegaskan bahwa Allah akan memberikan ilmu kepada manusia jika manusia itu membaca karena memang itulah janji Allah.  Dalam hal ini membaca juga memiliki maksud yakni diantaranya ilmu yang Allah janjikan. Karena membaca adalah kunci utama dalam mendapatkan ilmu. Seperti kata mutiara yang sering kita dengar bahwa buku adalah jendela dunia. Yang sebenarnya dimaksudkan agar kita rajin-rajinlah membaca agar ilmu kita semakin luas.
            Tetapi Allah juga menegaskan bahwa ilmu yang diturunkan kepada manusia adalah sebagian kecil dari ilmu yang dimiliki Allah. Ilmu Allah diibaratkan bagaikan ilmu yang jika ditulis dengan tujuh samudra di bumi ini sebagai tinta, dan ranting-ranting di seluruh dunia sebagai penanya, maka itu tidaklah cukup untuk menulis ilmu yang Allah miliki. Sehingga, salah apabila meyakini AlQuran sebagai isi dari seluruh ilmu Allah. Tetapi AlQuran merupakan isi dari sebagian kecil ilmu yang Allah turunkan atau Allah karuniakan kepada manusia.
            Dalam tragedi perang  Salib, Bangsa Barat mengambil alih perpustakaan terbesar yang dimiliki kaum muslimin. Buku-buku dalam perpustakaan tersebut sebagian mereka bakar, dan sebagian yang menurut mereka itu penting mereka klaim sebagai milik mereka. Mereka juga mengganti beberapa nama penemu-penemu Islam yang mereka ubah menyerupai nama barat. Nama tersebut seperti AVICENA yang sebenarnya adalah IBNU SINA, dan juga AVEROUS yang sebenarnya adalah IBNU RUSYD. Karena kejadian tersebut, para muslimin sempat berfikir apakah Islamisasi Sains itu diperlukan? Jawabannya adalah tidak. Mengapa? Karena Allah menurunkan ilmu-Nya untuk semua orang, tidak hanya kepada kaum Muslimin, tetapi juga kepada kaum lain. Allah memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk memiliki ilmu. Allah mengizinkan itu semua, namun berbedalah antara mengizinkan dengan meridhoi. Dan ilmu itu didapat tidak hanya sekedar membaca tulisan saja, tetapi juga membaca situasi, alam, dan lain sebagainya.
            Dalam mencari ilmu inilah manusia zaman sekarang harus membuktikan semuanya secara empirik sehingga memerlukan sebuah penelitian. Seperti misalnya manfaat sholat yang sudah pernah diteliti dan dibuktikan dengan manfaat yang didapat seperti kebugaran dan kesehatan baik jasmani maupun rohani. Dan juga beberapa penelitian yang sebenarnya dilakukan untuk membuktikan apa yang terdapat atau disebutkan dalam AlQuran sampai semuanya terbukti baru manusia akan percaya. Maka dari itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk peneliti.


Manusia Makhluk Budaya

            Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk tertinggi dan paling beradab dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia mempunyai tingkatan lebih tinggi lagi dalam berfikir, karena mempunyai akal fikiran yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar secara terus-menerus. Sedangkan budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan jamak dari budhi atau akal. Sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk berbudaya karena memiliki akal.
            Kebudayaan merupakan keseluruhan yang utuh yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem, gagasan atau ide yang terdapat dalam manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan berupa benda-benda yang diciptakannya, perilaku, seni dan lain sebagainya, yang didapat melalui penelitian.
            Dalam sejarah manusia pada zaman dahulu, mereka dapat menmbangun candi-candi yang hingga kini masih dilestarikan. Manusia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga bumi. Karena seperti yang ditegaskan dalam AlQuran surah Al-Baqarah:30, yang menegaskan kewajiban manusia menjaga bumi sebagai khalifah di muka bumi. Sedangkan para malaikat bertanya-tanya mengenai hal itu. Mengapa manusia dijadikan khalifah di muka bumi, sedangkan pada akhirnya manusia pulalah yang akan merusaknya? Dalam hal ini mengartikan bahwa sebelum itu sudah ada pengetahuan bahwa manusia akan mengakibatkan kerusakan di bumi, sungguh Allah Maha Mengetahui.
            Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, kita harus memiliki ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, serta akhlak yang tinggi sebagai sesuatu yang saling bersinergi. Sehingga kita mampu menjaga tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi, dan tidak hanya sebagai pembawa kehancuran di muka bumi ini. Peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal yakni agar dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah melalui alam ini. Namun, perlu diketahui bahwa kebudayaan akan bernilai apabila manusia mampu melaksanakan norma yang ada sesuai dengan aturan atau syari’at agama. Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia dalam memperoleh segala fasilitas Allah termasuk dalam pengembangan kebudayaan.

            Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan. Budaya merupakan perwujudan dari ide, gagasan, atau merupakan sebuah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia. Sehingga tingkat kebudayaan berbanding lurus dengan tingkat pemikiran dan peradaban. Karena manusia juga sebagai seorang khalifah di bumi harus menguasai segala sesuatu untuk memimpin bumi ke arah yang lebih baik. Disinilah peran budaya sebagai hasil atau perwujudan dari berbagai gagasan manusia dalam membantu tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.

Belajar Dari Anjing




            Meskipun seekor anjing merupakan hewan yang najis namun anjing juga dapat memberikan keteladanan bagi kita semua. Dalan AlQuran beberapa ayat telah menyebutkan tentang anjing, yakni anjing ashabul kahfi. Di dalam diri seekor anjing terdapat sepuluh sifat keteladanan menurut kitab Syarhu Kaasyifatus Saja’alaabSafiinatin Najaa Fii Ushuulid Dinii Walfiqhi yang menyebutkan di antara sifat seekor anjing, yakni : 
1.                    Gemar mengosongkan perut. Ini merupakan salah satu sifat orang shaleh yakni dengan cara berpuasa. 
2.                  Tidak tidur di malah hari kecuali sedikit saja. Hal ini menjadi salah satu sifat dari orang-orang ahli Tahajjud.
3.                  Kalaupun sehari ia diusir seribu kali, ia tak akan hengkang dari pintu tuan rumahnya. Inilah salah satu sifat dari orang-orang sidik 
4.                    Bila ia mati, pantang meninggalkan warisan yang berlebihan. Ini adalah ciri-ciri orang zuhud. 
5.                   Selalu merasa puas meski menempati tempat yang paling hina sekalipun. Ini merupakan salah satu tanda orang-orang yang ridho terhadap ketentuan Allah.
6.                  Memandangi setiap orang yang memandangnya sampai dilemparkan kepadanya sesuap makanan. Ini mencerminkan sifat sabar. 
7.                   Kalaupun diusir dan ditaburi debu, ia tak akan marah dan mendendam kapada tuannya. Inilah yang mencerminkan salah satu akhlak dari orang-orang yang rindu bertemu Allah.
8.                  Jika tempatnya ditempati oleh orang lain, ia rela menyingkir ke tempat yang lain. Ini mencerminkan sifat orang-orang yang terpuji. 
9.                   Apabila diberi makanan sebesar apapun, ia rela menerimanya. Hal ini mencerminkan salah satu akhlak orang-orang Qona’ah.
10.               Apabila bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain, ia tidak pernah mengada-adakannya melainkan menurut kemampuannya. Mencerminkan salah satu ciri-ciri orang yang tawakkal kepada Allah.

            Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk sebagai perumpamaan dan alam adalah kitab yang terbuka bagi orang-orang yang berfikir. Maka dari itu, tulisan ini dibuat bukan untuk menyamakan manusia dengan seekor anjing, melainkan dengan maksud dan tujuan agar kita dapat belajar hal-hal positif dari segala makhluk ciptaan Allah, baik yang hina sekalipun. Semoga kita dapat mengambil segala hikamh dari apa yang telah Allah ciptakan di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya.

Manusia Makhluk Mencari Ilmu

Setiap orang yang lahir adalah dalam keadaan fitrah atau suci, Islam, berserah diri kepada Allah sesuai dengan ketentuan Allah. Karena sesuai dengan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa pada saat ruh itu ditiupkan dalam jiwa seseorang yang masih berbentuk janin dalam kandungan ibunya, ruh itu telah berserah diri dan bersyahadat atas Allah. Tetapi, bagaimanakah apabila mereka yang telah berserah itu ketika dilahirkan justru menyembah selain kepada Allah? Sebenarnya dalam AlQuran telah disebutkan bahwa orang tua, saudara, guru, ataupun orang dewasa lain disekitarnyalah yang membawa mereka menjadi seperti itu. Hingga mereka menjadi seperti majusi, nasrani, dan yang lainnya.
            Menurut beberapa ahli yang mengatakan bahwa pembawaan dari lingkungan lah yang menjadi dominasi sebuah pengaruh kepada seseorang. Interaksi yang terjadi dalam lingkungan sangatlah menjadi hal yang penting untuk perkembangan pemikiran seseorang. Hal itu pula yang akan menjadi pembangun karakter atau kepribadian seseorang dalam berbagai hal. Namun, sebagai makhluk yang haus akan ilmu manusia dituntut untuk selalu berusaha mencari ilmu dalam hal apapun.
            Sesungguhnya dalam AlQuran telah dijelaskan mengenai kewajiban seseorang dalam mencari ilmu. Bahkan disebutkan pula bahwa seseorang yang memiliki ilmu, maka akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Itu mengartikan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari usaha untuk mencari ilmu. Baik dalam majelis formal, maupun nonformal. Karena sesungguhnya ilmu tidak hanya didapat pada majelis formal saja, tetapi juga pada majelis atau nonmajelis nonformal. Sehingga, selain ilmu kita juga dapat memperkaya pengetahuan dalam berfikir. Disebutkan pula dalam sebuah pantun yang tak asing untuk kita dengar, yakni “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” yang maksudnya adalah menuntun kita untuk mencari ilmu setinggi mungkin, meski harus ketempat yang jauh sekalipun. Allah juga sudah mewajibkan kita untuk mencari ilmu hingga ke liang lahat atau meninggal. Dalam hal ini, bangsa barat juga membuat sebuah istilah yang disebut sebagai “Long Life Education” yang artinya sama saja seperti yang diwajibkan kepada kaum muslim dan muslimah yakni menuntut ilmu hingga liang lahat.
            Maka kita sebagai seorang muslim dan muslimah, marilah untuk terus mencari ilmu meskipun bukan dalam majelis formal, tetapi juga nonformal sehingga pada saatnya nanti Allah yang telah menjanjikan beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu akan kita dapatkan juga, aamiin. Tetapi ketika kita sudah memiliki ilmu, janganlah pernah sungkan untuk membaginya kepada orang lain. Membaginya bukan berarti ilmu kita akan berkurang, justru Allah akan menambah ilmu kita, dan juga menjadikannya sebagai ladang amal untuk kita sendiri

Islam Agama Tertinggi

Pada pertemua hari Kamis, 3 September 2015 membahas tentang ilmu Allah. Ilmu yang hanya sedikit kita ketahui dari sebagian besar ilmu yang Allah miliki. Contohnya saja seperti yang telah Allah jelaskan lewat Al-Qur’an. Para ilmuwan baru menemukan penelitian tentang suatu hal, sedangkan dalam Al-Qur’an telah dijelaskan sejak dahulu tentang hal tersebut. Begitu juga tentang perbintangan dan tentang terciptanya manusia. Jauh sebelum para ilmuwan meneliti tentang perbintangan, Allah telah menjelaskan semuanya dalam Al-Qur’an. Dan juga tentang terciptanya manusia, beberapa ilmuwan memiliki teorinya masing-masing tentang terciptanya manusia. Salah satunya teori yang paling terkenal yakni teori milik  , tentang pendapatnya yang mengatakan bahwa manusia tercipta dari seekor kera yang kemudian berevolusi menjadi manusia dengan melalui beberapa proses. Sedangkan Allah telah menjelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam AS. Dalam hal ini telah bisa disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang kompleks dan masuk akal.
            Selain itu, Islam juga memiliki aturan yang tidak dimiliki agama lain. Sehingga menjadikan Islam sebagai agama tertinggi. Islam membimbing kita dalam setiap hal, baik hal kecil sampai yang terbesar sekalipun. Seperti bimbingan tentang menbaca Basmallah dalam mengawali setiap kegiatan kita. Tidak ada agama lain yang memperhatikan hal tersebut. Meskipun bisa dianggap gampang atau sepele, namun ternyata sangat memberikan banyak manfaat. Mulai dari memberikan kita rahmat dari apa yang kita kerjakan selama itu bernilai positif, hingga bisa menambah pahala untuk bekal kita nanti.
            Dalam kesempatan ini juga disampaikan tentang sebuah artikel yang meceritakan tentang seorang ATHEIS (tidak mempercayai adanya Tuhan) yang memasuki sebuah masjid dan bertanya tentang beberapa hal mengenai ketuhanan, namun jawabannya tidak boleh berpedoman pada kitab suci tetapi berpedoman kepada akal manusia. Dalam pembicaraan ini hanya ada seoran pemuda yang berhasil menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan pertama “seluruh alam diciptakan oleh Tuhan, namun siapakah yang menciptakan Tuhan?” , pemuda menjawab “dimisalkan dengan angka 1 yang tidak ada awalnya, namun mengawali semua angka yang ada. Meskipun Tuhan tidak dapat diibaratkan dengan angka, namun hal tersebut dapat diterima oleh akal dan fikiran manusia”. Pertanyaan kedua “syetan diciptakan dari api, namun syetan nantinya juga akan dimasukkan dalam neraka. Bagaimana bisa syetan merasakan sakit jika dimasukkan dalan neraka yang di dalamnya berisi api?” , pemuda itu menjawab dengan menampar pipi seorang Atheis tersebut kemudian berkata “bagaimana pipimu merasa sakit, padahal aku menamparmu dengan tengan yang memiliki bahan yang sama dengan pipimu seperti tulang, kulit dan lain sebagainya? Maka seperti itulah yang akan dirasakan syetan dalam neraka nantinya”.
            Dari uraian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kita sebagai seorang muslim yang berjiwa muda, harus mampu menalarkan semua hal yang sebenarnya telah dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits dan pedoman-pedoman lain yang menjelaskan secara detail. Karna selama hal tersebut mampu kita nalarkan dengan baik, maka akan medatangkan banyak manfaat untuk kita. Kita juga harus mampu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti tadi jika suatu saat terjadi hal yang sama. Kita harus cerdas dalam menanggapi suatu permasalahan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah dijelaskan. Dan sebagai seorang manusia yang tak luput dari salah, maka hendaklah kita mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan dengan menjadi pribadi yang lebih baik dan bertaqwa dari hari kemarin. Aamiin


Manusia Sebagai Makhluk Ibadat

Mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk ibadat??
            Karena segala perbuatan yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah. Meskipun tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah. Karena manusia memang pada dasarnya diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki akal dan hawa nafsu yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah Allah.
            Manusia juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Namun manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan kerusakan di bumi. Semua bergantung pada manusia itu sendiri.
            Mengapa manusia bisa menyebabkan kerusakan di bumi padahal sudah jelas diterangkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi?
            Itu karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga makhluk-makhluk lain seperti hewan, dan sejenis jin dan sebagainya. Jin yang senantiasa menyesatkan manusia. Jin yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa akan terus menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang membisikkan kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa.
            Sekarang, hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan dosa. Bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
            Namun kita tahu, bangsa jin tidak akan pernah menyerah untuk menggoda kita. Maka dari itu, kita senantiasa mampu mempertebal iman kita, serta menguatkan niat kita. Karena dari niat inilah semua perbuatan berawal. Semua yang kita lakukan pasti ada niat tersendiri, baik ataupun buruknya niat bergantung pada kemampuan kita menahan segala godaan bangsa jin tadi.
Bagaimanakah perhitungan pahala ataupun dosa untuk niat baik ataupun buruk?
            Niat yang baik, meskipun hanya niat ia sudah mendapat pahala. Apalagi jika niat dari perbuatan baik tersebut benar dikerjakan, maka pahala yg akan didapat berlipat ganda.
            Sedangkan niat yang buruk, saat berniat ia mendapat dosa. Namun ketika niat buruk tersebut tidak jadi ia kerjakan, maka dosa dari niatnya tadi akan terhapus. Tetapi jika benar ia kerjakan, maka dosanya pun akan berlipat ganda sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.
            Allah tidak memandang perbuatan baik seseorang dari harganya atau kuantitasnya, tetapi dari kualitas keikhlasan yang terkandung dalam niatnya tersebut. Misalnya seperti dua orang yang menyumbangkan sesuatu ke sebuah masjid. Orang pertama menyumbangkan sebuah kipas angin yang mahal, dan orang kedua menyumbangkan sebuah sapu lidi yang harganya standar pasar. Tetapi allah tidak akan melihat nilai atau harga dari kedua barang tersebut, karena jika seperti itu maka orang yang kurang atau bahkan tidak mampu dalam hal ekonomi tidak akan bisa banyak mengumpulkan pahala karena kesulitannya. Maka disinilah bentuk keadilan Allah pada makhluk-makhluk-Nya. Allah hanya akan melihat dari sisi kualitas keikhlasan yang menyertai barang-barang tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Bisa jadi sapu lidi menjadi barang yang mahal dihadapan Allah dibanding dengan kipas angin yang lebih mahal harganya, begitupun sebaliknya. Karena Allah maha tahu segalanya, Allah maha mengetahui hati manusia. Sehingga tidak akan ada makhluk yang mampu berbohong kepada-Nya.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat :) terima kasih.

Selasa, 01 Desember 2015

MANUSIA ADALAH MAKHLUK BELAJAR



ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Manusia terlahir sebagai makhluk yang suci sebagaimana sabda rasulullah SAW yang artinya: “setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai yahudi atau nasrani atau majusi.” Dari sini kita mengetahui akan pentingnya pendidikan anak sejak dalam Rahim ibu sampai ia beranjak dewasa. Jangan sampai ketika sang anak terlahir dalam keadaan suci akan tetapi lingkungannya sama sekali tidak mendukung sang anak. Untuk itu lingkungan sangat berpengaruh sekali terhadap hasil sang anak. Ketika kita nantinya sebagai orang tua mengharapkan sang anak menjadi baik akan tetapi lingkungannya buruk maka hal tersebut akan sulit tercapai.

Untuk itu betapa pentingnya pendidikan terhadap setiap insan agar nantinya  melahirkan generasi yang baik. Allah telah mewajibkan kepada setiap muslim dan muslimat untuk selalu menuntut ilmu sebagaimana sabda rasulullah SAW yang berbunyi: “menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat.” Lalu, kenapa kita mesti ragu untuk menimba ilmu.

Banyak sekali keutamaan yang akan di dapat bagi para penuntut ilmu diantaranya adalah:
a.       Allah akan mengangkat derajat orang yang menuntut ilmu
b.      Jalan menuju surga Allah
c.       Malaikat akan membentangkan sayap untuk penuntut ilmu
d.      Ilmu adalah amalan yang tidak terputus amalannya
Sungguh allah begitu sangat memuliakan sekali para penuntut ilmu. Bersemangatlah untuk selalu menimba ilmu agar dapat meraih keutamaan tersebut.

Menuntut ilmu tidak hanya dapat di lakukan ketika kita duduk di bangku perkuliahan saja. Akan tetapi ilmu dapat kita dapatkan dimana saja,kapan saja dan dengan siapa saja. Contohnya saja ilmu tentang menanam jagung kita dapat mendapatkan ilmu tersebut langsung dari petani jagung tanpa harus menuntut ilmu di bangku kuliah. Ini pertanda bahwa ilmu allah itu begitu luas sekali. sebagai seorang hamba yang beriman maka alangkah baiknya kita untuk menuntut ilmu tersebut tanpa memandang siapa yang berbicara tapi lihatlah apa yang di bicarakan. Jadikanlah ilmu tersebut sebagai sarana untuk dapat mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.

Banyak sekali kata mutiara yang dapat menyemangati kita para penuntut ilmu agar menuntu ilmunya lebih bergairah kembali. Di antaranya adalah:
1.      Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat
2.      Ilmu lebih utama daripada harta
3.      Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan, belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh sesorang yang bukan penakut. ( Anwar Fuadi)

            Terakhir kali tak lupa saya mengingatkan khususnya pada diri sendiri dan umumnya pada pembaca sekalian untuk selalu menggenjot motivasi belajar agar derajat kita dapat naik satu tingkat dengan yang tidak menuntut ilmu. Ingatlah, bahwa ilmu yang kita pelajari selain bermanfaat untuk diri sendiri ilmu tersebut akan bermanfaat pula untuk orang lain. Ilmu yang bermanfaat untuk orang lain nantinya akan terhitung sebagai amal jariyah yang akan membantu kita di saat tak ada lagi yang mampu membantu selain amal kebaikan.
 Wassalamualaikum waohmatullahi wabarokatu