Manusia sebagai makhluk peneliti
merupakan suatu hal yang manusiawi, karena pada dasarnya manusia memiliki
keingintahuan yang sangat kuat sehingga menjadikannya sebagai makhluk yang
selalu ingin mencari tahu. Dalam surah Al-Alaq ayat 5 dan 6 ditegaskan kepada
manusia untuk membaca, memeriksa, meneliti, menjelaskan, serta menguraikan
hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Dan semua kegiatan yang kita lakukan atau
kerjakan haruslah diawali dengan membaca Basmallah. Karena dengan menyebut nama
Allah, semua hal positif yang kita kerjakan akan bernilai dihadapan Allah. Dan
apabila semua tidak diawali dengan menyebut nama Allah, maka sia-sia lah
pekerjaan itu. Karena hanya akan bernilai sama dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka yang tidak beriman. Kemudian dalam ayat itu pula Allah menegaskan
bahwa Allah akan memberikan ilmu kepada manusia jika manusia itu membaca karena
memang itulah janji Allah. Dalam hal ini membaca juga memiliki maksud
yakni diantaranya ilmu yang Allah janjikan. Karena membaca adalah kunci utama
dalam mendapatkan ilmu. Seperti kata mutiara yang sering kita dengar bahwa buku
adalah jendela dunia. Yang sebenarnya dimaksudkan agar kita rajin-rajinlah
membaca agar ilmu kita semakin luas.
Tetapi
Allah juga menegaskan bahwa ilmu yang diturunkan kepada manusia adalah sebagian
kecil dari ilmu yang dimiliki Allah. Ilmu Allah diibaratkan bagaikan ilmu yang
jika ditulis dengan tujuh samudra di bumi ini sebagai tinta, dan
ranting-ranting di seluruh dunia sebagai penanya, maka itu tidaklah cukup untuk
menulis ilmu yang Allah miliki. Sehingga, salah apabila meyakini AlQuran
sebagai isi dari seluruh ilmu Allah. Tetapi AlQuran merupakan isi dari sebagian
kecil ilmu yang Allah turunkan atau Allah karuniakan kepada manusia.
Dalam
tragedi perang Salib, Bangsa Barat mengambil alih perpustakaan
terbesar yang dimiliki kaum muslimin. Buku-buku dalam perpustakaan tersebut
sebagian mereka bakar, dan sebagian yang menurut mereka itu penting mereka
klaim sebagai milik mereka. Mereka juga mengganti beberapa nama penemu-penemu
Islam yang mereka ubah menyerupai nama barat. Nama tersebut seperti AVICENA
yang sebenarnya adalah IBNU SINA, dan juga AVEROUS yang sebenarnya adalah IBNU
RUSYD. Karena kejadian tersebut, para muslimin sempat berfikir apakah
Islamisasi Sains itu diperlukan? Jawabannya adalah tidak. Mengapa? Karena Allah
menurunkan ilmu-Nya untuk semua orang, tidak hanya kepada kaum Muslimin, tetapi
juga kepada kaum lain. Allah memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang
untuk memiliki ilmu. Allah mengizinkan itu semua, namun berbedalah antara
mengizinkan dengan meridhoi. Dan ilmu itu didapat tidak hanya sekedar membaca
tulisan saja, tetapi juga membaca situasi, alam, dan lain sebagainya.
Dalam
mencari ilmu inilah manusia zaman sekarang harus membuktikan semuanya secara
empirik sehingga memerlukan sebuah penelitian. Seperti misalnya manfaat sholat
yang sudah pernah diteliti dan dibuktikan dengan manfaat yang didapat seperti
kebugaran dan kesehatan baik jasmani maupun rohani. Dan juga beberapa
penelitian yang sebenarnya dilakukan untuk membuktikan apa yang terdapat atau
disebutkan dalam AlQuran sampai semuanya terbukti baru manusia akan percaya.
Maka dari itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk peneliti.